WONOGIRI memang gudangnya Perusahaan-perusahaan Otobus (PO). Sedikitnya ada 814 bus antarkota antarprovinsi (AKAP) dan antarkota dalam provinsi (AKDP) yang ”ngandang” di Wonogiri. Kini di tengah himpitan ekonomi dan persaingan bisnis, para juragan bus itu berusaha bertahan.
Berbekal semangat jiwa perantauan, penduduk Wonogiri tersebar ke berbagai daerah di tanah air. Sebagian besar merantau ke Jakarta. Banyak pula yang mengadu nasib ke Bogor, Surabaya, hingga Sumatera. Mereka bekerja dan membuka usaha di berbagai bidang.
Gelombang perantauan semakin besar tatkala Bendungan Gajahmungkur dibangun, 1970 silam. Kala itu, beberapa kecamatan ditenggelamkan. Masyarakatnya bedol desa, transmigrasi ke Sitiung, Sumatera Barat. Lainnya memilih mengadu nasib ke kota besar.
Mereka sesekali mudik menengok kampung halaman. Sewaktu balik mengajak saudara ikut ke kota. Alhasil, mobilitas manusia dari Wonogiri ke kota-kota besar semakin tinggi. Saat itulah booming mobilitas warga Wonogiri ke kota-kota besar dimulai.
Mobilitas yang tinggi itu menjadi peluang bagi juragan-juragan Wonogiri. Mereka mulai merintis usaha angkutan umum. Melayani warganya yang pulang-pergi dari perantauan. Semula, bos-bos angkutan umum itu hanya mengoperasikan beberapa bus. Pengelolaannya pun berdasar pertemanan dan persaudaraan. Anggota-anggota keluarga diajak turut serta dalam bisnis tersebut. Belakangan muncullah ”dinasti” penerus Perusahaan Otobus (PO).
Pelan tapi pasti, beberapa PO bermunculan. Sebut saja, PO Giri Indah, Ismo, Timbul Jaya, Tunggal Daya, Sedya Mulya, Gajah Mungkur, Gajah Mulia Sejahtera, Jaya Mulya, dan sebagainya. Tahun 1990an menjadi masa keemasan bus-bus Wonogiren. Hingga kini, tercatat 23 PO melayani rute AKDP dan 22 PO melayani rute AKAP.
Sriyono (48), pemilik PO Jaya Mulya menuturkan pengalamannya. Usaha otobus miliknya dikelola turun-temurun dari sang ayah. Semula, keluarganya hanya menjalankan 16 unit Colt 120 di tahun 1970. Usahanya berkembang dan mengganti armadanya dengan 10 unit mikromini di tahun 1978. Beberapa tahun kemudian, Sriyono mulai mengoperasikan empat bus.
Dia pernah merasakan masa jaya bus Wonogiri. Pada1990an, penumpang selalu penuh dan biaya pemeliharaan rendah. Sebanyak 30 bus milik keluarganya menjadi mesin pencetak uang. ”Ibaratnya, pemilik bus bisa keceh duit saat itu. Dulu, setiap bus bisa setor bersih Rp 200.000 dan masih sisa lebih dari Rp 100.000,” tuturnya.
Tidak selamanya bisnis berjalan mulus. Raja-raja angkutan darat itu sempat mengalami masa-masa sulit. Krisis moneter menghantam bisnis otobus. Harga tiket Rp 85.000 Jakarta-Wonogiri tidak cukup untuk membiayai suku cadang. Apalagi kini bermunculan bus-bus dari ibu kota yang lebih lux.
Sebelum 1997, biaya operasional Jakarta-Wonogiri cukup dengan Rp 750.000. Namun sekarang, uang Rp 2.500.000 masih kurang. Onderdil juga semakin mahal. Dahulu, harga ban hanya Rp 700.000, sekarang harus merogoh kocek hingga Rp 3.100.000. ”Sekarang terengah-engah, hanya bertahan untuk menghidupi 50 karyawan kami,” ujarnya.
Kanibalisme pun dilakukan. Dari semula 30 bus, kini tinggal 10 bus yang beroperasi. Tetapi, seluruh bus itu telah dinaikkan kelasnya, dari ekonomi menjadi Patas AC. ”Kalau bus AKAP ekonomi sekarang sudah nggak laku. Semuanya diganti AC, mengikuti trend penumpang dan perkembangan zaman,” katanya.
Hal serupa dialami Hj Iin, pemilik bus Sedya Mulya. Saat masa jaya, keluarganya memiliki 80 bus. Dalam sehari, 16 bus diberangkatkan dari Wonogiri dengan tingkat kepadatan penumpang mencapai 90%. Namun sekarang, setiap hari hanya memberangkatkan empat bus. Untuk mengisi separuh tempat duduk saja sudah kesulitan.
Menurutnya, menjamurnya kendaraan pribadi menjadi pengaruh utama kemerosotan jumlah penumpang. Kemajuan teknologi seperti ponsel dan internet juga menentukan. ”Sekarang, kalau kangen cukup telepon atau mengirim foto lewat internet. Kalau dulu kan harus ketemu,” ujarnya.
Di sisi lain, moda transportasi kereta api dan pesawat terbang juga semakin mengancam keberlangsungan usaha otobus. Kereta api menawarkan transportasi murah. Adapun pesawat terbang memberi transportasi cepat dan semakin terjangkau.