Sebagai sebuah kritik, parodi merupakan "jalan pintas paling aman". Pihak yang dikritik jarang bisa marah, justru bisa jadi, tersenyum, bahkan terpingkal-pingkal. Ada dualisme posisi dalam parodi.
Pertama, pihak terkritik merasa tersanjung karena pola operasional komunikasinya dipergunakan.
Kedua, pihak terkritik merasa sedikit tersinggung karena kesalahannya dikuak.
Disebabkan dualisme kontra- posisi itulah, pihak terkritik sulit menentukan sikap, dan pilihan paling spontan dari kebingungan menentukan sikap, adalah senyum lebar. Itulah sebab puisi Indonesia terkini banyak sekali menggunakan unsur-unsur bahasa estetik parodi.