Hari perlahan mulai merambat malam bulan sabit muncul diatas daun
pohon kelapa yang menari-nari di iringi musik tarlingan khas Cirebonan
beberapa wanita paruh baya bermakeup tebal dengan bau parfum yang
menggoda hasrat laki-laki menawarkan kenikmatan sesaat kepada petualang
cinta di Gang Tiga (GT) Rumah penduduk yang beralih pungsi jika malam
menjadi warung remang-remang dengan pelayannya siap menawarkan kamar
lengkap dengan kasur dan ranjangnya para mucikari menunggu di depan
teras sambil memanggil pelanggan setianya.
|
Gang tiga Rawameneng Subang |
Keberadaan warung
prostitusi di Gang tiga Rawameneng yang berbaur dengan penduduk blanakan
subang jawabarat telah lama menyatu dengan penduduk sudah
dikenal luas oleh masyarakat khusunya kabupaten subang sebagai tempat
plesiran esek-esek kelas bawah menurut randeg (nama samaran)
mucikari senoir yang sudah berumur 60 tahun menceritakan
sekitar tahun 1970 lokalisasi gang tiga mulai di buka randeg terjurumus
kelembah hitam gang tiga saat berumur 17 tahun saat itu ia janda dan
mempunyai anak demi untuk menghidupi anaknya randeg menjadi penjual Es
Bir (minuman beralkohol) .
Dulu disni masih sepi hanya ada
beberapa rumah kebanyakan kebon kelapa dan empang sekitar tahun 1980
gang tiga mulai ramai oleh pendatang yang membangun rumah di kawasan ini
membuat geliat prostitusi makin ramai sehingga Wong wadon (sebutan anak
buah randeg) berdatangan dari lokalisasi sungai gangga
rawameneng,Kedoya pada tahun itu pasaran masih murah hanya Rp 3000-5000
perak ujar randeg yang mengalami ganguan pendengaranya saat di masih
muda maka orang-orang memanggilnya Randeg rangda budeg ( janda tuli)
Ada
sekitar 6 rumah yang setiap malam menyediakan Wong wadon (PSK) yang
mangkal di gang tiga kebanyakan mereka sudah berumur sekitar 40 tahunan
jarang yang muda mas ujar Weri mucikari yang mempunyai anak buah 6 orang
kalau yang muda dan cantik biasanya mangkal di Blanakan disana
pasaranya lebih bagus dari pada disini kalau diblanakan bisa mencapai Rp
200.000 sampai 250.000 kalau disini 50.000 juga dilayanin abis dari
pada kosong ujarnya tersenyum genit biasanya para lelaki hidung belang
dari masyarakat sini cilamaya girang jarang tamu yang jauh ujar weri
yang bersuamikan hansip keamanan gang tiga yang sebelumnya mangkal di
pintu air sambi dampyang salah satu lokalisasi yang tak jauh dari gang
tiga yang mulai ramai di kunjungi para tamu pada tengah malam
Lokalisasai
yang menyatu dengan perumahan penduduk berbaur dan berkamuflase dengan
dilema,adat,agama dan kultur masyarakat gang tiga Rawameneng yang agamis
ironis memang di saat Mushola yang berdekatan dengan lokalisasi
mengumandangkan adzan sholat isa dimana anak-anak mengaji di mushola
bisa menyaksikan apa yang terjadi di lingkungan lokalisasi banyak pihak
yang terkait seolah tutup mata dan telinga karna jika sudah menyangkut
urusan perut individual banyak cara untuk bertahan hidup masing-masing
maka jalan yang terbaik adalah dengan tutup mata dan pura-pura tidak
mendengar.
Dinas sosial kecamatan blanakan seolah menghindar saat
di konfirmasi tentang penyakit masyarakat ini banyaknya penyuluhan
kepada PSK tentang bahaya penyakit kelamin dan HIV AIDS yang di gaungkan
oleh pihak kecamatan seolag di anggap angin lalu upaya-upaya kepala
Desa rawamenengpun tidak banyak memberikan kontribusi untuk mengatasi
prostitusi terselubung di Gang tiga yang telah berbaur dan menyatu
menjadi irama dengan musik tarlinga cirebonan.