Tapi
sebenarnya saya selalu ingin mengajukan pertanyaan kepada setiap
pengguna rok mini atau celana super pendek di area publik demi mendapat
sudut pandang yang obyektif dari si pemakai agar saya tidak salah
sangka:
- “Mbak-mbak, boleh tau apakah dengan rok mini yang mbak pakai itu, saya atau kami boleh menikmati paha mbak?”
- “Kalau boleh, apakah mbak memang sengaja agar kami melihatnya? atau malah risih kalau kami melihatnya?”
- “Atau
tolong jelaskan kepada kami, bagaimana seharusnya kami boleh menikmati
paha mbaknya biar mbak merasa nyaman dan kita bisa sama-sama menikmati,
agar saya merasa aman dalam menikmati, dan mbaknya nikmat juga
dilihati?”
Pertanyaan
ini sebenarnya penting untuk ditanyakan sebagai dasar ilmiah untuk
mengambil kesimpulan, tapi belum kesampaian saya tanyakan sampai saat
ini. Malu nanyanya. Dan saya memilih untuk menikmati rok mini tersebut
dengan diam-diam, dengan “etika” yang saya karang sendiri agar tidak
berdampak sosial yang buruk.
Ada
yang bilang ini soal iman. Kalau iman kuat, rok mini lewat. Saya kira
setiap orang beriman yang jujur, kalau ditanya pasti menjawab akan
timbul pikiran bukan-bukan ketika menjumpai perempuan muda berpaha indah
memakai rok mini atau celana pendek sekali di tempat umum.
Tidak
usah jauh-jauh, saya sendiri akan mengaku beriman, sholat tidak pernah
lewat, kadang-kadang juga ngaji, tapi rok mini is rok mini, daya
tariknya sungguh sering melewati daya tangkal iman. Kalau ada yang
bilang “Pikiran situ saja yang jorok“, duh, ingin sekali saya jawab
“Saya sudah susah payah membersihkan pikiran dari yang nggak-nggak, tapi
situ lewat sambil menjorok-jorokkan paha …. memaksa untuk dilihat“.
Soal
hak, semua memang punya hak masing-masing. Selama masih berada di
tempatnya, hak menjadi sesuatu yang aman bagi dirinya maupun orang lain.
Contohnya
merokok. Saya yakin itu adalah hak. Tidak seorangpun kecuali keluarga
dan orang-orang yang bergantung hidupnya pada perokok boleh melarang
orang untuk merokok. Tetapi ketika merokok di tempat umum, hak itu jadi
tidak aman untuk orang lain. “Tolong ya mas, merokoknya di ruang
merokok, atau menggunakan helm full face saja biar asapnya tidak
terhirup oleh saya“. Gimana kalau perokok menjawab, “Ya situ saja jangan
hirup asap saya kalau memang tidak suka bau asap“. Kira-kira Anda mau
langsung mengajak adu hantam tidak?
Mamainkan
musik adalah hak. Tetapi ketika bertetangga, genjrang-genjreng di jam
dua pagi di depan rumah orang, kira-kira akan membuat tidur orang
terganggu tidak? Gimana kalau ketika ditegur si penggitar menjawab
“Tolong ya Bu, kalau memang tidak suka dengan suara gitar saya, ibu
jangan dengerin suaranya, gitar-gitar saya kok ibu yang repot“.
Kira-kira si ibu akan melempar sandal atau tidak? Kalau bermainnya di
dalam kamarnya sendiri, di studio musik kedap suara, saya kira volume
sebesar apapun tidak akan jadi masalah. Minimal tidak jadi masalah untuk
orang lain.
Sama
jadinya dengan rok mini dan hot pant. Di rumah, rok mini akan menjadi
sangat asik. Aman, dan nyaman buat semuanya. Apalagi di kamar, tidak
pakai rok pun akan semakin menambah suasana jadi lebih sesuatu banget
Dan, semua orang akan merasa happy dan dijamin aman.
Tapi
di boncengan sepeda motor, di busway, di jalanan … duuuh biyung, please
mbak, bu, kalau sekadar saya yang lihat dijamin akan aman. Karena nafsu
dan pikiran saya akan saya manage sedemikian rupa sehingga akan hanya
meledak tanpa melukai Anda. Tapi kalau yang nafsunya meledak itu lelaki
yang sedang sakit parah jiwanya dan tak tau tempat?
Pemerkosa
adalah orang yang sedang sakit jiwanya. Dan kata orang tua, mencegah
lebih mudah dan murah dari pada mengobati. Mengobati mereka tetap harus
dilakukan karena bisa membahayakan orang lain, berapapun biaya material
dan sosial yang dibutuhkan, termasuk kita memberi makan mereka di
penjara seumur hidup.
Tapi
sambil mengobati, akan lebih cerdas, mudah, dan murah kalau kita semua
juga ikut mencegah, salah satunya dengan tidak mengguanakn rok mini di
tempat umum. Masih banyak pilihan busana yang lain, yang tetap menarik
(tanpa menggoda) dan pantas.
Cara
ini pasti lebih murah sebelum ada yang menjadi korban lelaki sakit
jiwa. Kecuali, kalau memang rok mini telah menjadi sumber penghasilan
pengenanya.
Mbak-mbak,
ibu-ibu. Sebagai lelaki, saya selalu mengagumi perempuan. Dalam teori
saya, perempuan itu setiap inchi kulitnya adalah fashion. Karena itu,
benang dililit-lilit pun ke beberapa bagian tubuh, sudah seperti
keindahan yang menyeluruh. Perempuan juga sangat ekspresif. Mereka suka
bicara, suka berdandan, suka “menunjukkan” keindahan dirinya. Itu memang
kodratnya.
Dan
sedikit ini komentar lelaki. Kami-kami ini juga sangat ekspresif. Tapi
berbeda caranya dengan perempuan. Kami tidak terlalu suka bicara, suka
berdandan, menunjukkan keindahan diri sendiri. Tapi langsung bertindak.
Sebagian yang lain, ekspresinya malah tidak terlihat sama sekali. Tetapi sesuatu di balik celananyalah yang langsung bereaksi.
Maka, seperti Bang Napi bilang, kejahatan terjadi bisa bukan karena niat pelakunya, tetapi ketika ada kesempatan.
Semoga kita semua aman dan selamat. Di manapun berada. Teriring doa untuk istri, ibu, anak, kakak, dan adik2 saya.